Sejenak Fuad diam. Dia mengusap jam seken yang dibeli di toko loakan. Hatib, kamu tidak mengerti, gumamnya dalam hati beberapa saat kemudian.
“Itu bantuan, bukan uang pribadi, Tib.” Fuad menjelaskan.
“Tapi kan biasanya ada potongan atau tanda terima kasih dari penerima bantuan.” Hatib mendesak.
Fuad menunduk. Hatib bisa jadi benar. Mestinya dia bisa potong sedikit atau terima uang terima kasih, lalu membagikannya kembali kepada yang butuh.
Fuad menunduk. Hatib bisa jadi benar. Mestinya dia bisa potong sedikit atau terima uang terima kasih, lalu membagikannya kembali kepada yang butuh.
Bukankah selama ini bantuan tidak merata? Dan ini ada celah menciptakan pemerataan? Tetapi secara aturan ini kan tidak bisa? Ah, itu kan aturan manusia. Yang penting manfaatnya! Batin Fuad bergemuruh. Logikanya perang.
0 komentar:
Posting Komentar