JAKARTA -
Kepergian KH Idris Marzuki meninggalkan duka mendalam di kalangan umat
Islam. Dedikasinya semasa hidup bukan hanya untuk mengurus para
santrinya di Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien, tapi juga seluruh umat.
“Mbah Kiai Idris meninggal dengan tenang, karena meninggalkan
murid-murid dalam kondisi yang sekarang sudah bagus. Jasanya besar,
tidak hanya untuk Lirboyo, tapi umat Islam, warga NU pada umumnya,”
kenang Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Jakarta, Senin (9/6/2014).
Secara pribadi dan sebagai pucuk pimpinan Nahdatul Ulama, Kiai Said
mengaku sangat kehilangan sosok panutan. “Saya sebagai murid tentu
sangat kehilangan, sangat berduka. Atas nama pribadi dan Nahdlatul
Ulama, saya sampaikan belasungkawa. Insya Allah siang ini saya akan ke
Kediri untuk takziah,” ujarnya.
Kiai Said lantas mengenang kisahnya selama menimba ilmu di Lirboyo dan
berinteraksi dengan Kiai Idris selepas lulus dari pesantren. Dari situ
Kiai Said menyimpulkan bahwa Mbah Idris adalah ulama besar, sederhana,
dan zuhud karena sama sekali tidak memikirkan dunia. “Saya masih ingat
Muktamar (NU) di Lirboyo dulu, bagaimana beliau berusaha keras bisa
sukses, padahal fasilitas yang ada saat itu tidak sebagus sekarang,”
tuturnya.
“Saya bertemu terakhir kemarin tanggal 4 Juni 2014, saat sama-sama ke
Pesantren Ploso (Haul Ploso). Tidak ada pesan apapun, Beliau juga masih
senyum-senyum. Memang sudah sakit, tapi masih tenang, cerdas (dalam
bicara),” imbuhnya.
Selain menyempatkan untuk bertakziah dan memberikan penghormatan
terakhir kepada Mbah Idris, Kiai Said juga mengajak seluruh nahdliyin
dan umat Islam untuk mendoakan almarhum.
“Mari kita yang berkesempatan langsung takziah ke rumah duka, kita
berikan penghormatan terakhir. Yang tidak memungkinkan, sunah hukumnya
kita dirikan salat ghaib. Insya Allah almagfurllah mendapatkan tempat
terbaik di sisi Allah,” ujar Kiai Said seraya berdoa
Senin, 23 Juni 2014
jasa kiai idris
20.06
Belum ada komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar