KEDIRI - Keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) kembali
berduka. Hanya rentang sehari dari berpulangnya KH Khotib Umar, pengasuh
Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Jember Minggu (8/6), KH Idris Marzuqi
bin Marzuqi Dahlan (74), pengasuh Ponpes Lirboyo Kota Kediri, menyusul
pergi.
Komplikasi penyakit diabetes dan jantung memaksa tokoh nahdliyin yang
akrab dipanggil Mbah Idris tersebut menghembuskan nafas terakhirnya.
"Kiai Idris meninggal dunia pada pukul 09.50 wib, "tutur Kiai Kafabihi
Mahrus, juru bicara keluarga almarhum kepada wartawan.
Mbah Idris sempat menjalani perawatan beberapa jam di ruang Graha Amerta
RSU dr Soetomo Surabaya. Karena kesehatanya tak kunjung membaik, Senin
(9/6) dini hari sekira pukul 02.00 WIB, kata Kafabihi, pihak RS
Bhayangkara Kota Kediri merujuknya ke RS dr Soetomo. "Sebelumnya Minggu
(8/6) petang, sehabis maghrib, Kiai Idris dilarikan ke RS Bhayangkara
Kota Kediri, "tuturnya.
Jenazah Mustasyar (Penasehat) PBNU itu tiba di rumah duka sekitar pukul
13.15 WIB. Serupa dengan almarhum Kiai Umar, Mbah Idris dipercaya
sebagai mustasyar dalam kepengurusan Ketua Tanfidziah KH Said Aqil
Siroj.
Isak tangis pun sontak pecah saat pintu mobil ambulans pengusung jenazah
putra almarhum KH Marzuki Dahlan dibuka. Sejumlah perempuan dan pria
yang ditengarai sebagai keluarga dekat tak kuasa menitikkan air mata.
Begitu juga dengan beberapa santri dan santriwati dewasa, tenggelam
dalam kesedihan yang mendalam. Sementara di masjid, di ruang keluarga,
di teras dan sela sela bangunan yang bersebelahan dekat dengan makam
keluarga, para santri terus mengaji. Mereka tak henti henti mendaras
ayat ayat ilahiah mendoakan arwah kiai tercinta. "Kita telah kehilangan
seorang ulama besar. Seorang pemimpin bagi keluarga, masyarakat dan
bangsa, "papar Kafabihi sedih
Begitu diturunkan dari mobil ambulans, jenazah langsung dibawa ke ruang
keluarga. Informasinya, sebelum disalati, di ruang keluarga tersebut
jenazah lebih dulu dimandikan dan disucikan ulang. Saat prosesi
berlangsung, seluruh pintu dan jendela langsung ditutup rapat rapat.
Termasuk para jurnalis, tidak satupun santri dibolehkan masuk ke dalam
ruangan. Dari luar tembok terdengar cukup jelas sayup isak tangis yang
berkepanjangan.
Mbah Idris meninggalkan seorang istri yakni Ny Adiniah, yakni pengasuh
Ponpes Salafiayah Mahayjatul Qurro, Desa Kunir, Kecamatan Wonodadi,
Kabupaten Blitar. "Kiai Idris memiliki satu putri dan satu putra yang
semuanya sudah berkeluarga, "jelasnya.
Sebuah liang lahat di makam keluarga telah disiapkan. Jenazah Mbah Idris
dimakamkan di antara pusara almarhumah Hj Hannah binti Abdul Karim
(bibi Mbah Idris) dan pusara almarhum KH Abdul Karim (ayah Mbah Idris).
"Karena menunggu keluarga, kerabat dan para sahabat, pemakaman dilakukan
pada pukul 20.00 WIB, "paparnya.
Berdasarkan silsilah keluarga, Mbah Idris adalah putra KH Abdul Karim
yang merupakan menantu almarhum KH Abdul Karim. Seperti diketahui, Kiai
Abdul Karim merupakan pendiri Ponpes Lirboyo yang didirikan mulai tahun
1910. Ditangan Kiai Abdul Karim, yang secara estafet dilanjutkan Kiai
Marzuki Dahlan, Kiai Mahrus Ali hingga ke Kiai Idris Marzuki, Lirboyo
berkembang pesat. Jumlah santri dan santriwati Ponpes Lirboyo mencapai
10 ribu dengan beragam lembaga pendidikan mulai ibtidaiyah (TK) hingga
kampus.
Berwasiat Kiai NU Harus Bersatu
Selain sebagai ulama besar, selama hidupnya Mbah Idris dikenal dekat
dengan dunia politik. Sejumlah tokoh politik dari partai Islam maupun
partai nasionalis selalu menjalin komunikasi denganya. Sebut saja Gus
Dur, Muhaimin Iskandar, Suryadharma Ali, Mahfud MD, Jusuf Kalla dan
sejumlah tokoh NU lainya.
Sementara di level regional ada Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Gus
Ipul yang rutin bertatap muka. Tidak heran, dalam setiap momentum
politik, baik itu pilkada, pilgub, pileg, maupun pilpres, tausiahnya
selalu ditunggu oleh umat, khususnya kaum nahdliyin.
Menurut Kafabihi, sebelum meninggal dunia, Mbah Idris berpesan agar para
kiai dan pondok pesantren untuk bersatu. Mbah Idris berharap tidak ada
perpecahan pendapat atau dukungan di antara kiai NU. "Dalam pesannya
yang kami terjemahkan sebagai wasiat, Kiai Idris berharap para kiai
untuk terus bersatu. Terutama menghadapi tahun politik ini," tuturnya.
Seperti diketahui, peristiwa yang terdekat, Mbah Idris terlibat aktif di
dalam dalam deklarasi forum Kiai Pantura Mataraman. Di depan mantan
Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, para kiai ini menyatakan sikap
mendukung pasangan Capres Cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Bersama pengasuh Lirboyo yang lain, Mbah Idris juga menandatangani
semacam maklumat yang ditujukan kepada alumni santri Lirboyo untuk
memilih Prabowo-Hatta. Mbah Idris, kata Kafabihi juga berpesan agar
keluarga di pesantren (Lirboyo) untuk selalu bersatu. Tidak terpecah,
apalagi saling bermusuhan.
"Beliau juga berpesan agar pondok selalu peduli dengan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara, "paparnya.
Di mata Kafabihi, Mbah Idris merupakan sosok yang bijaksana. Sebagai
besan, ia melihat figur Mbah Idris yang selalu mengedepankan
musyawarah. Terkait siapa yang akan menjadi pengganti Mbah Idris di
dalam kepengurusan ponpes, menurut Kafabihi belum menjadi rapat
keluarga. "Beliau ini bisa menjadi sesepuh yang tidak segan selalu
mengalah, "pungkasnya.
Sementara selain Bupati Kediri Haryanti Soetrisno, Kapolres Kota Kediri,
Dandim Kediri, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Wakil Gubernur
Syaifullah Yusuf juga terlihat di rumah duka. Dalam sambutannya, atas
nama Pemrov Jatim, Soekarwo dan Gus Ipul menyatakan berbela sungkawa.
"Kita telah kehilangan seorang guru dan ulama besar, "ujar Soekarwo. Gus
Ipul menambahkan bahwa Mbah Idris adalah sosok ulama yang nyat tulus
dan ikhlas.
Almarhum, kata Gus Ipul tidak pernah lelah turut memberikan masukan atas
permasalahan yang terjadi di Jawa Timur. "Beliau ini kiai yang
sederhana, tulus dan ikhlas. Kami semua telah merasa kehilangan,
"ucapnya.
Sementara dari pantauan lapangan, jumlah pelayat terus berdatangan.
Begitu juga dengan deretan karangan bunga duka cita terus bertambah. Di
antara karangan bunga tersebut, terlihat juga ucapan bela sungkawa dari
Pasangan Capres Cawapres Jokowi-Jusuf Kalla.
Senin, 23 Juni 2014
wasiat kh idris marzuki
20.05
Belum ada komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar